MENGENAL BATIK MALANG
Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa.[12] Namun, jika dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di Malang memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egalitar. Salah satu penyebabnya adalah tipologi arek Malang terinspirasi oleh Ken Arok yang diceritakan sebagai raja yang tegas dan lugas meskipun lebih mengarah keras. Terdapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura,[60] Arab,[61] Tionghoa, dan lain-lain. Sebagai kota pendidikan, Malang juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri.
Sejarah batik Malang
Umum diketahui bahwa Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Wastra atau kain tradisional nusantara ini telah mendunia dan telah masuk dalam daftar UNESCO sejak tahun 2009. Dalam jenisnya, batik sangatlah beragam. Selain dikategorikan menurut cara pembuatannya, jenis batik juga disesuaikan dengan daerah asal motif yang menggambarkan kekhasan motif daerah tersebut.
Batik Malang atau disebut juga Batik Malangan adalah salah satunya, yakni kain batik yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Meski tidak sepopuler Batik Jogja, Batik Solo maupun Batik Pekalongan, Batik Malangan sangat indah dalam kekhasan corak atau motifnya. Bunga Teratai dan Malang Kucecwara adalah motif khasnya, meski kini telah banyak motif baru memperkaya kain batik khas Malang ini.
Dalam sejarahnya, tidak diketahui secara pasti kapan Batik Malang ini ada. Sejauh ini salah satu yang menjadi patokan hanyalah aktivitas tradisi yang terjadi di abad ke XIX. Dalam upacara tradisional di era itu, pria dan wanitanya mengenakan busana yang terdiri dari medhang koro (hiasan kepala), udeng, dan sewek yang bermotif sidomukti. Motif Batik Sidomukti adalah salah satu motif Batik Malangan.
Setidaknya ada ciri pada Batik Malangan. Pertama, motif dasar Candi Badut, candi peninggalan kerajaan Kanjuruhan (760 M). Kedua, isen-isen dengan motif utama Tugu Malang dan rambut singa putih disampingnya, melambangkan Kabupaten Malang. Ketiga, motif hias batik ini sendiri yang biasanya memiliki boket di pinggiran kain, umumnya berhias tiga buah sulur bunga teratai berpola seperti rantai.
Meski demikian seiring perkembangannya, motif Batik Malangan pun semakin beragam. Sebagian di antaranya adalah motif Batik Celaket, Malang Kucecwara, dan Bunga Teratai. Batik Celaket adalah salah satu yang populer dengan corak berani bahkan nekat. Motif Ulat Bulu dari Batik Tulis Celaket dikatakan terinspirasi dari serangan ulat bulu di Probolinggo dan daerah lainnya di Jawa Timur.
Arti filosofi dari motif batik Malang
Yang pertama adalah mahkota. Mahkota disini menggambarkan bentuk mahkota dari raja Gajayana yang pernah membawa kerajaan Gajayana menuju puncak kejayaannya. Harapannya untuk sekarang adalah batik malang ini juga mampu meraih puncak kejayaan dalam perjalanan hidupnya layaknya puncak kejayaan raja Gajayana dahulu.
Yang kedua ada tugu Malang yang melambangkan kekuasaan wilayah. Disini berarti menggambarkan wujud keperkasaan dan ketegaran.
Ketiga ada rumbai singa yang menyimbolkan budaya masyarakat yang berjiwa pemberani dengan semangat membara dan pantang menyerah seperti singo edan.
Yang keempat bunga teratai yang merupakan perlambang dari suatu keindahan alam yang penuh kesuburan.
Yang kelima yakni arca. Arca yang tergambar yakni arca candi Singosari yang merupakan salah satu aset budaya Malang serta mengingatkan akan kejayaannya.
Yang keenam adalah sulur-sulur yang memberi arti sebagai perwujudan suatu kehidupan yang selalu berkembang tapi tak abadi dan senantiasa mengingatkan bahwa manusia pasti akan mati. Untuk sulur-sulur yang bersambung mengartikan bahwa akan selalu ada generasi penerus yang akan melanjutkan tujuan kehidupan. Juga supaya manusia selalu introspeksi diri dan menerima apa yang sudah diberikan.
Dan yang ketujuh ada isen-isen belah ketupat yang dimana itu adalah gambaran dari relief candi Badut. Maknanya adalah pengakuan bahwa manusia bukanlah makhluk sempurna.
Dari filosofi-filosofi tersebut, diharapkan adanya suatu keluhuran dari pemakainya untuk selalu menjadi pemberani, menghargai kehidupan, bertanggung jawab dengan penuh rasa hormat, dan mencintai lingkungan sekitarnya. Dan sebagai penerus bangsa sudah seharusnya kita melestarikan kebudayaan kita. Agar tidak punah atau di klaim oleh negara lain sekalipun di klaim tetapi sejarah tidak akan berubah dan kita harus bangga memiliki nilai budaya dari leluhur kita yang begitu kaya.
Sumber :